BAB 13
KEPUTUSAN STRUKTUR MODAL
PENDAHULUAN
Aspek yang lebih praktis dari struktur modal, yaitu
bagaimana menentukan struktur modal yang optimal berdasarkan beberapa criteria,
(pedekatan EBIT-EPS, pendekatan biaya modal rata-rata tertimbang dan criteria
lebih kualitatif seperti persyaratan lembaga pemberi pinjaman, rata-rata
industry.
KONSEP LAVERAGE
Arti leverage secara harfiah
(literal) adalah pengungkit. Pengungkit biasanya digunakan untuk membantu
mengangkat beban yang berat. Dalam keuangan, leverage juga mempunyai maksud
yang serupa. Lebih spesifik lagi, leverage bisa digunakan untuk meningkatkan tingkat
keuntungan yang diharapkan.
Operating
Leverage
Operating leverage bisa diartikan
sebagai seberapa besar perusahaan menggunakan beban tetap operasional. Beban
tetap operasional biasanya berasal dari biaya depresiasi, biaya produksi dan
pemasaran yang bersifat tetap (misal gaji bulanan karyawan). Sebagai
kebalikannya adalah beban (biaya) variabel operasional. Komposisi biaya
tetap/variabel yang berbeda mempunyai implikasi yang berbeda terhadap risiko
dan keuntungan yang diharapkan oleh perusahaan. Perusahaan yang menggunakan
biaya tetap dalam proporsi yang tinggi (relatif terhadap biaya variabel)
dikatakan menggunakan operating leverage yang tinggi. Dengan kata lain, degree of operating leverage (DOL) untuk perusahaan tersebut tinggi. Perubahan penjualan yang kecil
akan mengakibatkan perubahan pendapatan yang tinggi (lebih sensitif). Jika
perusahaan mempunyai degree of operating leverage (DOL) yang
tinggi, tingkat penjualan yang tinggi akan menghasilkan pendapatan yang tinggi.
Tetapi sebaliknya, jika tingkat penjualan turun secara signifikan, perusahaan
tersebut akan mengalami kerugian. Dengan demikian DOL seperti pisau dengan dua
mata: bisa membawa manfaat, sebaliknya bisa merugikan. Derajat leverage operasi
(Degree of
Operating Leverage) bisa diartikan sebagai
efek perubahan penjualan terhadap pendapatan (profit). Secara formal, degree of operating leverage (DOL) bisa dituliskan sebagai berikut ini. :
DOL =
persentase perubahan laba (profit)/ persentase perubahan unit yang terjual
DOL = Δ Profit / Profit:ΔQ / Q
DOL = Δ Profit / Profit:ΔQ / Q
Profit bisa ditulis sebagai
berikut:
Profit = P = (c.Q) – F
Dimana : c = marjin kontribusi
= (P – V) P
P = harga produk per-unit
V
= biaya variabel per-unit
Q =
jumlah unit produk yang terjual
F = biaya tetap
DOL = (ΔP / P) / (ΔQ / Q)
= (Δ (cQ – F) ) / (cQ –
F) / (ΔQ / Q)
= (cΔQ – ΔF) ) / (cQ –
F) / (ΔQ / Q)
karena ΔF = 0, (biaya tetap),
maka:
= (cΔQ.Q) / (cQ – F) ΔQ = c.Q / (cQ – F)
Leverage
Keuangan (Financial Leverage)
Leverage keuangan bisa diartikan sebagai besarnya beban tetap keuangan
(finansial) yang digunakan oleh perusahaan. Beban tetap keuangan tersebut
biasanya berasal dari pembayaran bunga untuk hutang yang digunakan oleh
perusahaan. Karena itu pembicaraan leverage keuangan berkaitan dengan struktur
modal perusahaan. Perusahaan yang menggunakan beban tetap (bunga) yang tinggi
berarti menggunakan hutang yang tinggi. Perusahaan tersebut dikatakan mempunyai
leverage keuangan yang tinggi, yang berarti degree of financial leverage (DFL) untuk perusahaan tersebut juga tinggi.
Degree of financial leverage mempunyai implikasi terhadap earning per-share perusahaan. Untuk perusahaan yang mempunyai DFL yang tinggi, perubahan EBIT (Earning Before Interest and Taxes) akan menyebabkan perubahan EPS yang tinggi. Sama seperti degree of operating leverage (DOL), DFL seperti pisau bermata dua: jika EBIT meningkat, EPS akan meningkat secara signifikan, sebaliknya, jika EBIT turun, EPS juga akan turun secara signifikan. Derajat leverage keuangan (Degree of Financial Leverage) bisa diartikan sebagai efek perubahan EBIT terhadap pendapatan (profit). Secara formal, degree of financial leverage (DFL) bisa dituliskan sebagai berikut.
Degree of financial leverage mempunyai implikasi terhadap earning per-share perusahaan. Untuk perusahaan yang mempunyai DFL yang tinggi, perubahan EBIT (Earning Before Interest and Taxes) akan menyebabkan perubahan EPS yang tinggi. Sama seperti degree of operating leverage (DOL), DFL seperti pisau bermata dua: jika EBIT meningkat, EPS akan meningkat secara signifikan, sebaliknya, jika EBIT turun, EPS juga akan turun secara signifikan. Derajat leverage keuangan (Degree of Financial Leverage) bisa diartikan sebagai efek perubahan EBIT terhadap pendapatan (profit). Secara formal, degree of financial leverage (DFL) bisa dituliskan sebagai berikut.
DFL=Persentase
perubahan laba bersih setelah pajak/Persentase perubahan EBIT
Persamaan di atas bisa diringkaskan sebagai berikut
ini:
Laba
setelah pajak = (EBIT – Bunga) (1 – Tc),
Tambahan
laba setelah pajak = Δ(EBIT – Bunga) (1 – Tc)
= (ΔEBIT – Δbunga) ( 1 – Tc)
Karena Δbunga = 0, maka bisa ditulis kembali
menjadi (ΔEBIT) (1 – Tc) Dengan demikian DFK bisa ditulis kembali menjadi:
DFL= (ΔEBIT)
(1 – Tc) / (EBIT – Bunga) (1 – Tc) : ΔEBIT / EBIT
DFL = EBIT
/ (EBIT – Bunga)
Semakin tinggi hutang yang dipakai, semakin tinggi Degree of financial leverage. Penggunaan leverage keuangan yang besar mempunyai
implikasi yang sama dengan penggunaan leverage operasi yang
besar, yaitu meningkatkan ‘leverage’. Dengan menggunakan leverage yang tinggi, perubahan EBIT yang sedikit akan meningkatkan EAT lebih
besar.
Kombinasi
Leverage Operasi dengan Leverage Keuangan
Leverage operasi berkaitan dengan efek perubahan penjualan terhadap EBIT (laba
sebelum bunga dan pajak). Sementara leverage keuangan berkaitan dengan efek
perubahan EBIT terhadap EAT (laba setelah pajak). Perusahaan bisa
mengkombinasikan keduanya untuk memperoleh leverage gabungan. Derajat leverage gabungan (DCL atau Degree of Combined Leverage) bisa dihitung sebagai berikut ini:
DCL=(%perubahan
EBIT/ %perubahan penj)x(%perubahan laba bersih/%perubahan EBIT)
= (%perubahan laba bersih )/(%perubahan penjuualan)
= (%perubahan laba bersih )/(%perubahan penjuualan)
DCL=DOL× DFL
={[c.Q/(cQ–F)] × [EBIT/(EBIT–Bunga)]}
={[c.Q/(cQ–F)]×[(cQ–F)/((cQ–F)– Bunga)]}
=c.Q/(c.Q–F–Bunga)
PENDEKATAN EBIT – EPS
Kita bisa menghitung titik EBIT
‘break-even’ dimana alternatif saham baru akan menghasilkan EPS yang sama
dengan alternatif hutang. Berikut ini formula untuk perhitungan tersebut.
(EBIT* –
B1) (1 – Tc) – Dp1/N1 = EBIT* – B2) (1 – Tc) – Dp2/N2
dimana : EBIT* = EBIT break-even
dimana : EBIT* = EBIT break-even
B1, B1 = Bunga yang
dibayarkan untuk alternatif 1 dan 2
Tc = Tingkat pajak
Dp1, Dp1= Dividen saham preferen
untuk alternatif 1 dan 2
N1, N2 = Jumlah
saham beredar untuk alternatif 1 dan 2
Pendekatan EBIT-EPS dalam struktur modal bermanfaat
bagi manajer keuangan, meski ada beberapa keterbatasan. Pertama, metode
tersebut tidak membicarakan pengaruh struktur modal terhadap nilai perusahaan.
Kedua, pendekatan tersebut tidak memperhitungkan biaya hutang yang bersifat
implisit. Tetapi analisis tersebut bisa memberi gambaran seberapa besar EBIT
yang harus diperoleh jika manajer keuangan ingin memperoleh EPS tertentu.
Contoh, manajer keuangan bisa menghitung EBIT* (yang menyamakan EPS hutang
dengan EPS saham), kemudian manajer keuangan bisa memperkirakan probabilitas
memperoleh EBIT di atas EBIT*. Jika probabilitasnya tinggi, maka penggunaan
hutang bisa disarankan. Sebaliknya, jika probabilitasnya kecil, manajer
keuangan barangkali akan lebih baik menggunakan saham.
RASIO COVERAGE
Rasio coverage ingin melihat seberapa jauh kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban
yang bersifat tetap. Semakin tinggi angka tersebut, semakin tinggi (aman)
kemampuan perusahaan bisa memenuhi kewajibannya. Rasio coverage bisa dihitung
sebagai berikut ini.
Times
Interest Earned = EBIT / Bunga Hutang
Formula di atas hanya memasukkan pembayaran bunga,
padahal perusahaan, dalam beberapa situasi, harus juga membayar cicilan
pembayaran. Alternatif lain untuk menghitung rasio coverage adalah dengan
memasukkan cicilan pembayaran hutang.
Rasio debt-service coverage dipakai untuk menghitung kewajiban tersebut.
Debt-service coverage= EBIT/Bunga + {(Cicilan Hutang / (1 – Pajak)}
Rasio debt-service coverage dipakai untuk menghitung kewajiban tersebut.
Debt-service coverage= EBIT/Bunga + {(Cicilan Hutang / (1 – Pajak)}
Cicilan hutang disesuaikan karena cicilan hutang
tidak bisa dipakai sebagai pengurang pajak. Disamping beban tetap dari bunga,
perusahaan bisa memperoleh beban tetap lainnya. Leasing (sewa) merupakan contoh
beban tetap bukan bunga. Beban tetap leasing mempunyai kewajiban yang sama
dengan beban tetap hutang. Karena itu, leasing seharusnya juga dimasukkan ke
dalam persamaan-persamaan di atas.
Rasio fixed charge coverage (FCC) memasukkan sewa, sebagai berikut ini.
FCC = EBIT + Pembayaran Sewa / Bunga + Pembayaran Sewa + Pembayaran Cicilan Hutang/(1–pajak)
Manajer keuangan bisa menggunakan rasio-rasio tersebut pada menghitung target struktur modal. Lebih spesifik, jika perusahaan mempunyai target rasio coverage tertentu, atau pihak perbankan (kreditor) menetapkan rasio coverage tertentu, maka penggunaan hutang harus dianalisis efeknya terhadap rasio tersebut.
Rasio fixed charge coverage (FCC) memasukkan sewa, sebagai berikut ini.
FCC = EBIT + Pembayaran Sewa / Bunga + Pembayaran Sewa + Pembayaran Cicilan Hutang/(1–pajak)
Manajer keuangan bisa menggunakan rasio-rasio tersebut pada menghitung target struktur modal. Lebih spesifik, jika perusahaan mempunyai target rasio coverage tertentu, atau pihak perbankan (kreditor) menetapkan rasio coverage tertentu, maka penggunaan hutang harus dianalisis efeknya terhadap rasio tersebut.
PENDEKATAN BAIAYA MODAL
Manajer keuangan bisa menggunakan
pendekatan biaya modal untuk menghitung struktur modal yang optimal, yaitu yang
bisa memaksimumkan nilai perusahaan.
PERBANDINGAN DENGAN STRUKTUR MODAL INDUSTRI / PERUSAHAAN LAIN
PERBANDINGAN DENGAN STRUKTUR MODAL INDUSTRI / PERUSAHAAN LAIN
Metode lain untuk
menentukan struktur modal adalah dengan mengikuti struktur modal industri
(perusahaan yang sejenis, yang kemudian dirata-rata) atau perusahaan lain (satu
atau dua) yang mempunyai risiko bisnis yang sama. Jika perusahaan mempunyai
struktur modal yang terlalu menyimpang dari rata-rata industri, maka pasar
(pihak luar) akan langsung mempertanyakan penyebabnya. Penyimpangan tersebut
tidak harus berarti jelek. Jika kebanyakan perusahaan menggunakan struktur modal
yang konservatif, maka rata-rata industri untuk struktur modal akan terlihat
lebih kecil. Meskipun kemungkinan rasio hutang yang optimal bisa lebih tinggi
dari rata-rata industri. Karena itu manajer keuangan harus menyiapkan argumen
yang kuat dan meyakinkan jika ingin menggunakan struktur modal yang menyimpang
signifikan dari rata-rata industri.
STANDAR DARI PIHAK LUAR
Pihak luar (biasanya pemberi
pinjaman) akan menetapkan standar tertentu dalam struktur modal. Jika
perusahaan ingin meminjam, maka perusahaan tersebut harus mengikuti standar
yang telah ditetapkan oleh pemberi pinjaman. Pada situasi lain, jika perusahaan
ingin menerbitkan obligasi (surat hutang), biasanya perusahaan tersebut akan
dirating oleh perusahaan perating (contoh: Pefindo (Indonesia), Moody’s,
Standard and Poor’s (Amerika Serikat)). Rating tersebut didasarkan atas
beberapa faktor, diantaranya faktor struktur modal (hutang). Rasio coverage biasanya sering digunakan oleh pemberi pinjaman dan lembaga rating
untuk menilai risiko kebangkrutan. Dua rasio yang sering digunakan dalam
analisis coverage adalah Times
Interest Earned (TIE) dan Fixed Charge Coverage (FCC). Semakin tinggi angka tersebut, semakin aman dari risiko
kegagalan membayar kewajiban. Rasio FCC memasukkan semua kewajiban pembayaran,
yaitu bunga, sewa, dan cicilan pembayaran hutang (pokok pinjaman). Rasio TIE
tidak memasukkan dua komponen terakhir.
ANILISIS ALIRAN KAS
ANILISIS ALIRAN KAS
Manajer keuangan bisa
menganalisis aliran kas, menggunakan semacam simulasi atau skenario untuk
memperkirakan kemampuan membayar pada situasi yang jelek (misal resesi).
Setelah mengetahui kemampuan menghasilkan kas pada situasi baik dan jelek, bisa
diputuskan tingkat hutang yang optimal.
KOMBINASI
Manajer
keuangan tidak harus menggunakan hanya satu metode analisis dalam penentuan
struktur modal. Manajer keuangan bisa menggabungkan metode-metode yang telah
disebutkan di muka, untuk memperoleh gambaran yang lebih baik dan menyeluruh
terhadap struktur modal tersebut.
PERTIMBANGAN LAINNYA
Beberapa hal lainnya yang bisa
dipakai sebagai pertimbangan dalam menentukan struktur modal. Berikut ini
beberapa faktor tersebut :
1. Stabilitas Penjualan : Perusahaan yang mempunyai penjualan yang stabil, bisa menggunakan
hutang yang semakin tinggi. Semakin stabil penjualan suatu perusahaan, semakin
mampu perusahaan tersebut menutup kewajiaban-kewajibannya.
2. Tingkat pertumbuhan penjualan : Perusahaan yang mempunyai tingkat penjualan yang tinggi akan lebih
menguntungkan jika memakai hutang.
3. Struktur Aset : Perusahaan yang mempunyai aktiva tetap yang lebih besar (yang
berusia panjang), apalagi jika digabung dengan tingkat permintaan produk yang
stabil, akan menggunakan hutang yang lebih besar.
4. Sikap Manajemen : Manajemen yang konservatif akan menggunakan hutang yang lebih sedikit,
dan sebaliknya. Pemegang saham yang ingin menjaga kendali atas perusahaanya
akan menggunakan hutang yang lebih banyak. Sebaliknya, jika perusahaan tidak
berkepentingan terhadap kendali perusahaan, akan cenderung menerbitkan saham
baru.
ok
BalasHapus