BAB 11
BIAYA MODAL
PENDAHULUAN
Biaya modal bisa diartikan sebagai
tingkat keuntungan yang disyaratkan. Bab sebelumnya membicarakan hubungan
positif antara risiko dengan tingkat keuntungan. Hubungan semacam itu juga
berlaku untuk biaya modal. Bab ini akan membicarakan aplikasi konsep risiko
pada penganggaran modal. Semakin tinggi risiko, semakin tinggi tingkat
keuntungan yang diisyaratkan. Biaya modal dipakai sebagai discount rate untuk perhitungan analisis pengganggaran modal. Bab
ini membicarakan perhitungan biaya modal rata-rata tertimbang (weighted average cost of capital). Biaya
modal tersebut merupakan salah satu elemen dalam analisi penganggaran modal.
Penganggaran modal merupakan investasi yang berisiko, karena itu manajer
keuangan perlu menggabungkan konsep dalam bab sebelumnya dengan penganggaran
modal. Lebih spesifik lagi, resiko akan mempengaruhi discount rate yang akan di pakai dalam analisis NPV atau IRR.
Semakin tinggi risiko akan semakin tinggi discount
rate yang dipakai dalam analisis investasi. Discount rate tersebut sering juga disebut sebagai biaya modal
rata-rata tertimbang (weighted average
cost of capital).
BIAYA
MODAL RATA-RATA TERTIMBANG
Baiaya modal bisa didefinisikan
sebagai tingkat keuntungan yang diharapkan atau tingkat keuntungan yang
disyaratkan. Jika kita melakukan analisis investasi, biaya modal akan digunakan
sebagai discount rate dalam analisi
NPV atau IRR. Biaya modal tersebut pada dasarnya merupakan biaya modal
rata-rata tertimbang dari biaya modal individual. Untuk menghitung biaya modal
rata-rata tertimbang tersebut kita harus melakukan beberapa langkah :
1. Mengidentifikasi
sumber-sumber dana
2.
Mengitung biaya modal individual (biaya
modal untuk setiap sumber dana )
3.
Menghitung proporsi dari masing-masing
sumber dana
4. Menghitung
rata-rata tertimbang dengan menggunakan proporsi dana sebagai pembobot.
Mengidentifikasi
sumber-sumber dana
Secara umum ada dua jenis sumber
dana yang paling sering digunakan, yaitu utang dan saham. Utang bisa terdiri
atas utang bank atau utang utang melalui obligasi. Pemberi utang memperoleh
kompensasi berupa bunga. Saham merupakan bentuk penyertaan. Saham bisa berupa private placement (penempatan dana tidak
melalui pasar modal), bisa juga dengan membeli saham yang di perjualbelikan di
pasar sekunder. Pendapatan saham berasala dari dividen dan capital gain.
Capital gain adalah selisih antara harga jual dengan harga beli. Disamping dua
jenis tersebut, saham preferen mempunyai ciri-ciri gabungan antara utang dengan
saham. Saham preferen adalah saham (bentu kepemilikan) dan berhak memperoleh
dividen. Tetapi dividen tersebut bersifat (secara umum) tetap, sehungga mirip
dengan bunga.
Menghitung biaya modal
individual
Biaya modal utang (kd)
Biaya modal utang merupakan tingkat
keuntungan yang diisyaratkan yang berkaitan dengan penggunaan utang. Karena
bunga bisa dipakai sebagai pengurang pajak, biaya modal utang dihitung net
pajak. Biaya modal utang (kd) sebelum pajak adalah dengan menggunakan teknik
perhitungan IRR. Perhatikan bahwa kd yang merupakan tingkat bunga efektif,
lebih tinggi sedikit dibandingkan dengan tingkat bunga nominal. Bunga bisa
dipakai sebagai pengurang pajak. Karena itu faktor pajak bisa dimasukan agar di
peroleh biaya modal utang net pajak. Biaya modal utang net pajak dihitung sebagai berikut :
Kd*=kd (1-t)
Utang
dagang dan akrual tidka dimasukan kedalam perhitungan biaya modal. Alasannya
adalah karena untuk analisis penganggaran modal, utang modal dan sejenisnya
dikurangkan dari aset lancar. Kemudian kita akan menghitung modal kerja bersih
(aset lancar-utang dagang dan akrual ). Investasi modal kerja masuk dalam
perhitungan kas dalam penganggaran modal, bukannya dalam perhitungan biaya
utang. Untuk utang jangka pendek yang mempunyai tingkat bunga yang eksplisit,
kita akan menghitung biaya utangnya. Contoh utang semacam itu adalah commercial paper atau utang bank jangka
pendek.
Biaya modal saham
perefen
Saham preferen mempunyai
karakteristik gabungan antara utang dengan saham, karena merupakan bentuk
kepemilikan (saham). Tetapi dividen yang dibayarkan mirip dengan bunga karena
bersifat tetap (pada umumnya). Perhitungan biaya modal saham preferen mudah
dilakukan, sama seperti perhitungan biaya utang. Parameter yang akan diestimasi
relatif jelas. Biaya saham preferen (kps) adalah :
Kps = Dps/P
Dimana
: kps : biaya saham preferen
Dps : dividen saham pereferen
P : harga saham preferen
Biaya modal saham biasa
Biaya modal saham lebih sulit
dihitung karena melibatkan biaya kesempatan (opportunity cost) yang tidak bisa diamati secara langsung. Bagian
ini akan membicarakan biaya modal saham melalui beberapa metode :DCF, bond yield, dan CAPM
Discounted
Cash Flow (aliran
kas yang didiskontokan)
Pada waktu kita membicarakan penilaian
saham dengan pertumbuhan konstan, harga saham bisa dituliskan sebagai berikut
ini PV-D1/r-g. Dengan mengubah r menjadi ks
(biaya modal saham) PV menjadi P (harga saham), persamaan diatas diubah menjadi
berikut ini ks = D1/P+g
Dimana
: ks = biaya modal saham
D1 = dividen pada tahun pertama
P = harga saham saat ini
g = tingkat pertumbuhan
biaya
modal saham sama dengan dividen yield ditambah
tingkat pertumbuhan. Untuk menggunakan rumus diatas, beberapa parameter harus
diestimasi, yaitu harga saham, dividen yang dibayarkan dan tingkat pertumbuhan.
Harga bisa kita peroleh dengan mudah, terutama untuk perusahaan yang sudah go-public dan listing di bursa keuangan. Data dividen juga bisa kita peroleh
dengan mudah. Yang lebih sulit di perkirakan adalah menghitung tingkat
pertumbuhan. Tingkat pertumbuhan bisa dihitung melalui bebrapa cara, pertama
kita bisa menggunakan formula berikut ini :
g = (1-DPR)(ROE)
dimana
: DPR = dividen payout ratio
ROE = return on equity
Persamaan
diatas mengatakan bahwa tingkat pertumbuhan merupakan fungsi dari pembayaran
dividen dan return on equity. Jika
perusahaan membayarkan dividen yang kecil yang berarti menenamkan sebagian
besar labanya kembali ke perusahaan), tingkat pertumbuhan diharapkan menjadi
lebih tinggi. Tingkat pertumbuhan akan semakin kecil jika dividen yang
dibayarkan semakin besar. Pertumbuhan dividen dapat di hitung melalui dua cara
yaitu pertumbuhan aritmatika dan pertumbuhan geometris.
Pendekatan bond yield
Pendekatan yield obligasi didasarkan
pada argumen bahwa tingkat keuntungan yang disyaratkan untuk investasi yang
lebih berisiko akan lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat keuntungan
investasi yang lebih kecil risikonya. Saham mempunyai risiko yang lebih tinggi
dibandingkan obligasi. Jika terjadi kebangkrutan pemegang saham mempunyai
prioritas kalim yang lebih kecil dibandingkan dnegan obligasi. Hal tersebut
berarti kas dari likuidasi akan diberikan ke pemegang utang. Jika masih ada kas
sisa, baru pemegang saham akan memperoleh bagiannya. Biasanya tidak ada kas
tersisa untuk pemegang saham. Karena saham mempunyai risiko yang lebih tinggi
dibandingkan obligasi. Tingkat keuntungan yang disyaratkan akan lebih tinggi
dibandingkan dengan tingkat keuntungan yang disyaratkan untuk obligasi.
Pendekatan yield obligasi dapat
dituliskan sebagai berikut :
ks = yield obligasi = premi risiko
jika
kita menggunakan rumus diatas, kita memerlukan estimasi yield dari obligasi perusahaan (atau obligasi yang mempunyai kelas
risiko yang sama) dan premi risiko saham atas obligasi.
Pendekatan CAPM (capital asset pricing model)
Model CAPM menggunakan argumen yang
sama dengan pendekatan yield obligasi.
Menurut CAPM tingkat keuntungan yang disyaratkan untuk saham dengan tingkat
keuntungan bebas risiko ditambah dengan premi risiko. Secara spesifik model
CAPM bisa dituliskan sebagai berikut :
ks = Rf + β
(Rm-Rf)
Dimana
: ks = tingkat keuntungan yang disyaratkan untuk saham
Rf = tingkat keuntungan bebasr risiko
β = risiko sistematis
Rm= tingkat keuntungan pasar
Tingkat
keuntungan bebas risiko adalah tingkat keuntungan dari aset yang mempunyai
risiko (kebangkrutan atau default dalam hal ini) yang bisa dikatakan nol.
PERTIMBANGAN
DINAMIS : REVIEW BIAYA MODAL SECARA REGULAR
Seberapa sering biaya modal (WACC)
dihitung? Kondisi lingkungan dan perusahaannya selalu berubah. Risiko dan
kesempatan investasi perusahaan berubah. Perubahan ini mengakibatkan perubahan
komposisi struktur modal yang baru dan juga perubahan tingkat keuntungan yang
disyaratkan (biaya modal). Kondisi lingkungan yang berubah juga mengakibatkan
perubahan biaya modal, misal inflasi yang beurbah mengakibatkan kenaikan
tingkat keuntungan yang disyaratkan secara umum. Perubahan risiko (misal
semakin tinggi, terjadi jika kondisi ekonomi memburuk) mengakibatkan premi
risiko meningkat. Karena situasi berubah
secra dinamis, perusahaan perlu mengevaluasi biaya modal rata-rata
tertimbangnya secara periodik. Berapa sering? Nampaknya tidak ada formula yang
pasti. Perhitungan bisa dilakukan setiap tahun, bisa juga setiap lima tahun.
Tetapi hal yang jelas, jika kondisi perusahaan dan lingkungan secara
fundamental berubah, maka sudah saatnya menghitung biaya modal rata-rata
tertimbang kembali.
k
BalasHapus